Di tengah merosotnya prestasi dan kepercayaan olahraga bangsa Indonesia khususnya di bidang persepakbolaan, namun masih ada beberapa kalangan yang menjunjung tinggi falsafah kebersamaan dan fair play dalam berolahraga. Tepat malam tadi (29/02/12) bertepat di Universiti Kebangsaan Malaysia, telah diselenggarakan open ceremony ajang pertandingan Sepakbola dan Bola basket antar mahasiswa dan pelajar Indonesia se-Malaysia. Ialah GARUDA CUP IV, ajang tahunan yang dibawah naungan Persatuan Pelajar Indonesia cabang Universiti Kebangsaan Malaysia atau PPI UKM, untuk ke empat kalinya diselenggarakan. Dengan mengusung tema “The Colour of us. Our spirit never die”, perhelatan ini akan dimulai dari tanggal 2-4 maret mendatang dengan mempertandingkan sepakbola yang terdiri dari 10 tim dimana kesemuanya adalah para mahasiswa Indonesia yang mewakili setiap Universitas dimana mereka sedang menuntut ilmu namun masih dalam wilayah teritorial Malaysia.
Suryana Sastradiredja |
Ajang yang dibuka secara resmi oleh , Minister Counsellor Pensosbud KBRI Kuala Lumpur ini menyokong 3 fundamentalis seperti yang disampaikan dalam sambutan oleh Ketua Panitia, Gunawan Baharuddin yang lebih dikenal dengan sebutan Tri-Sukses, Sukses dalam Kepanitiaan, Sukses dalam Penyelenggaraan dan Sukses dalam meraih gelar dan prestasi.
Gunawan Baharuddin |
Ditambahkan oleh Muhammad Afif Hamka selaku Steering Committee, dengan adanya tiga dasar yang baru ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk lebih meningkatkan tali silatuhrahmi antar mahasiswa baik itu panitia maupun peserta agar dapat memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada malam tadi pun di hadiri beberapa tamu kehormatan yaitu Ketua PPI cabang UKM,Arif Murti Rozamuri, serta Dr. Marliana Maros selaku Ketua International Student Center,dan Wakil Rektor Universiti Kebangsaan Malaysia untuk bidang kemahasiswaan Prof. Dr Othman Karim, yang mengharapkan lebih banyak penglibatan mahasiswa Indonesia dalam memajukan nama Kampus baik dimata nasional dan internasional dan dapat menghilangkan stigma negatif bahwa belajar di Malaysia tidak selalunya salah.